IBADAH KURBAN SETIAP TAHUN MELALUI PENGEMBANGAN AGROBISNIS DOMBA BERBASIS KEMITRAAN

ABSTRAK

{mosimage}Peternakan domba di Indonesia belum dikelola secara profesional, sekitar 90% dari populasi domba yang ada adalah milik petani-peternak dengan kepemilikan 5-10 ekor perkeluarga. Domba dan hewan ternak lainnya masih dianggap sebagai tabungan atau simpanan oleh masyarakat pedesaan dan merupakan usaha sampingan selain bercocok tanam. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan akan beternak domba serta kurangnya modal seringkali menjadi kendala peternak untuk mengembangkan agrobisnis domba secara intensif.

Apabila kita cermati agrobisnis komoditas ternak domba di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, mengingat dalam 10 tahun mendatang akan ada 5 juta kepala keluarga muslim yang masing-masing kepala keluarga akan menyembelih satu ekor ternak kambing ataupun domba untuk kurban, satu ekor untuk setiap anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki untuk akikah. Disamping itu untuk keperluan ibadah haji di tanah suci akan dibutuhkan 2,5 juta ekor domba untuk keperluan membayar dam ataupun untuk kurban para jemaah haji.

Melihat kenyataan di atas timbulah  ide untuk mengembangkan agrobisnis domba berbasis kemitraan.  Melalui program ini diharapkan dapat mempertemukan antara investor dengan peternak, pengelolaan agrobisnis domba secara professional, dan membantu terlaksananya ibadah kurban secara kontinyu  tiap tahun serta mencukupi kebutuhan daging. Dalam hal ini pengelola bertindak sebagai manajerial dan berperan dalam penggalangan investasi, penyediaan bibit unggul, pelatihan, pendampingan dan juga pemasaran produk sedangkan peternak sebagai pelaksana pemeliharaan. Investor sebagai penyandang dana akan memperoleh manfaat hewan kurban setiap tahunnya sebagai imbal balik modal yang dikelola.

Populasi domba nasional adalah 8,9 juta ekor pada tahun 2003. Sedangkan populasi domba di DIY tahun 2006 107.198 ekor pada tahun 2006 dengan laju pertumbuhan 9% pertahun. Pengeluaran rata-rata untuk konsumsi daging masyarakat DIY pada tahun 2005 adalah Rp. 7.366,- perkapita perbulan dengan rata-rata kenaikan 2,18% pertahun. Konsumsi daging DIY pada tahun 2006 tercatat sebanyak 22,416 ton. Dimana penduduk DIY pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3,28 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,88% pertahun dimana 36% mata pencahariannya adalah petani.

Dengan proyeksi pemenuhan quota 90 orang pengkurban dengan asumsi penerimaan dana investasi Rp. 5.000.000,- perorang maka akan didapatkan modal usaha sebesar Rp. 450.000.000,-. Modal tersebut selanjutnya digunakan untuk menjalankan usaha peternakan domba dengan 600 induk dan 60 pejantan serta 200 bakalan pertahun. Setelah dianalisis dengan NPV (Net Present Value) pada proyeksi tiga tahun pertama usaha ini layak dijalankan dengan Payback Periode (PP) 1,71 tahun, Revenue per Cost (R/C) 1,58, Break Even Point (BEP) dengan harga Rp 175.000,- Vs 2570 ekor produksi atau harga rata-rata Rp 517.000,- Vs 871 ekor produksi.

Pada akhir tahun ke-3 akan diperoleh manfaat yakni 90 ekor domba kurban untuk masing-masing investor atau dengan nilai total Rp. 148.500.000,- dengan asumsi harga domba rata-rata terendah Rp. 550.00,- perekor. Pengelola akan mendapatkan dalam bentuk cash Rp. 180.240.000,- dan dalam bentuk persediaan ternak senilai Rp. 165.240,-. Peternak sebagai mitra akan memperoleh Rp. 418.140.000,- dari bagi hasil penjualan ternak dan Rp. 165.240.000,- dari persediaan ternak.